Kamis, 01 November 2018

MAKALAH BUDUDIYA IKAN GABUS


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ikan gabus adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan gabus mempunyai nama ilmiah Channa striata.Ikan gabus atau betutu adalah salah satu ikan asli yang hidup di perairan tawar di Indonesia, seperti daerah aliran sungai di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Sumatera Selatan nilai ekonominya terus meningkat karena ikan gabus selain dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar juga telah digunakan sebagai bahan pembuatan kerupuk, pempek dan olahan lainnya.
Ikan gabus merupakan golongan ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan sehingga dapat tumbuh di air tergenang yang minim oksigen dan tidak perlu dilakukan pergantian air, oleh karena itu jenis ikan ini sangat mudah di budidayakan. Ikan gabus mengandung protein 70% , albumin 21% , asam amino, mikronutrien serta selenium dan iron yang sangat penting untuk kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai obat.
Albumin ikan gabus dan kandungan lainnya penting untuk pembentukan sel-sel baru dan mengganti sel-sel yang rusak di tubuh. Beberapa kasus pasien kanker, gagal ginjal, stroke, tuberkolusis, dan diabetes yang telah menjalani terapi nutrisi dengan albumin ikan gabus memberikan kondisi memuaskan. Dalam sebuah situs web menjelaskan ada seorang yang sakit kanker kandung kemih namanya Amir H–nama samaran–di Bandung Jawa Barat. Amir yang sejak 3 tahun lalu divonis menderita kanker kandung kemih mesti menjalani kemoterapi sebagai salah satu pencegahan agar sel-sel tumor di tubuhnya tidak berkembang. Pada kasus kemoterapi, efek samping yang ditimbulkan umumnya: rambut rontok dan mudah lemas. Amir H yang selalu rutin mengonsumsi 6 kapsul per hari  albumin ikan gabus  memperlihatkan kondisi menggembirakan.
B.     Tujuan
·         mengetahui informasi tentang ikan gabus
·         mengetahui budidaya ikan gabus






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Ikan Gabus
Berdasarkan hasil penelitian dari Anonim, 2012 ikan gabus ini dapat diklasifikasi dan morfologi berdasarkan taksonomi diantarnya yaitu :
Klasifikasi ikan gabus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actionopterygii
Ordo : Percformes
Famili : Channidae
Genus : Ophiocephalus
Spesies : Ophiocephalus striatus ( Channa striata )
Ada dua spesies ikan gabus yang dapat di temukan yaitu :
Channa micropeltes
Channa pleuropthalmus
Screenshot_1.jpg
B.     Morfologi ikan gabus
Ikan gabus pada umumnya memiliki bentuk tubuh bulat memanjang dengan panjang mencapai ½ – 1 meter bahkan lebih, ikan ini memiliki berat rata – rata 2-5 kg. Bagian kepala berbentuk gepeng dan agak pipih yang hampir menyerupai kepala ular ( Head snake ). Memiliki sisik yang besar dan kasar di bagian kepala, perut, punggung, dan bagian ekornya.
Bagian sirip punggung memanjang dan juga sirip ekor bebentuk bulat pada bagian ujungnya, bagian sisi atas tubuh hingga bagian ekor memiliki warna kegal, kehitaman maupun kehijauan, sedangkan warna bagian perut berwarna krim atau putih. Bagian sisi samping terdapat garis maupun coret tebar ( striata ), warna ini biasanya tergantung dengan habitat dan lingkungannya.
C.    Kebiasaan
Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok. Seringkali ikan gabus terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan di sana. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau, mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini adalah karena gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif. Pada musim kawin, ikan jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang di antara tumbuhan dekat tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijagai oleh induknya.
D.    Penyebaran
Ikan gabus menyebar luas mulai dari Pakistan di barat, Nepal bagian selatan, kebanyakan wilayah di India, Bangladesh, Sri Lanka, Tiongkok bagian selatan, dan sebagian besar wilayah di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
E.     Keragaman Jenis
Gabus dan kerabatnya termasuk hewan Dunia Lama, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut. Di Indonesia terdapat beberapa spesies Channa; yang secara alami semuanya menyebar di sebelah barat Garis Wallace. Namun kini gabus sudah diintroduksikan ke bagian timur pula. Salah satu kerabat dekat gabus adalah ikan toman (Channa micropeltes), yang panjang tubuhnya dapat melebihi 1 m dan beratnya lebih dari 5 kg.
F.     Teknik Budidaya Ikan Gabus
1.      Perbedaan Ikan Gabus  Jantan Dan Betina
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah mencapai 1 kg.
2.      Pemijahan Ikan Gabus
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk ditetaskan. Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.
3.      Penetasan
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan kepadatan 4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan.
4.      Pemeliharaan Larva Ikan Gabus
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas air.
5.      Pendederan Ikan Gabus
Pendederan ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan parit keliling dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 – 7 karung kotoran ayam / kotoran ternak; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam untuk setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.
6.      Pembesaran Ikan Gabus di Kolam
Pemeliharaan ikan gabus untuk dibesarkan di kolam dengan cara sebagai berikut :
Siapkan kolam dengan ukuran tergantung keadaan lahan yang tersedia, biasanya ukuran antara 2.500 M2– 5.000 M2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan parit keliling dengan lebar 2 M dan tinggi 40 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 500 – 1.000 kg kotoran ayam / kotoran ternak; isi air setinggi 75 cm – 100 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar benih berumur 3 minggu sebanyak 5 ekor/M2  pada pagi hari; setelah itu beri pakan tambahan dengan dosis 3 – 5 % dari berat badan per hari; panen dapat dilakukan setelah ikan gabus berumur 3 – 4 bulan (ukuran konsumsi).
a.       Pemijahan Ikan Gabus di Kolam
·         Konstruksi kolam
Luas kolam pemijahan bervariasi antara 200 M2, tergantung ketersediaan lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan pembuangan berseberangan secara diagonal. Tujuannya agar kolam bisa memperoleh air dari saluran langsung dan pembuangannya pun bisa lancar. Debit air kolam minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang kotinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan.
Bila lahannya sempit, bisa dibuatkan bak semen berukuran 2 mX 1 m x 1 m untuk pemijahan induk betutu secara berpasangan. Namun, bila mau memijahkan beberapa pasang di lahan terbatas bisa dibuat kolam tembok berukuran 4 m X 2 M X I M.
·         Persiapan kolam
b.      Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, dapat dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang. Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibuat dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk mengetahui keberadaannya..Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setelah kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memperoleh pergantian air secara terus-menerus. Proses pergantian air secara terus menerus ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara alami.
7.        Pemijahan Ikan Gabus
-          Memilih Induk
Induk ikan gabus umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang lama dan pakan yang sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam.
Ciri Induk  Ikan Gabus yang Berkualitas:
Betina : Badannya berwana lebih gelap.Bercak hitam lebih banyak. Papila urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar, warnanya memerah saat menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil dibandingkan yang jantan pada umur yang sama.Berbadan sehat.Dewasa.
Jantan : Badannya berwana lebih terang.Bercak hitam lebih sedikit. Papila orogenital berbentuk segitiga, pipih, dan kecil.Pada umur yang sama ukurannya lebih besar daripada betina.Berbadan sehat.Dewasa.
8.      Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat kecil, kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur meningkat sekitar 50 % hingga telur berukuran 1,3 mm.
Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang telah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa ditempati oleh sepasang induk, tetapi bisa juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya minimal 60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak kuat, dan ditetesi beberapa tetes
Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur (fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya segera disifon agar tidak menulari telur yang lain. Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80—90%
9.      Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II. Pendederan I dilakukan di dalam bak atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar. Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 3o ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut dapat ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2 bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup mencapai 20%.
Untuk pendederan II, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yaitu 4 bulan dan akan dihasilkan benih ikan berukuran 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa mencapai 100%.
10.  Pembesaran
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Usahakan  kolam memperoleh air baru dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau daun kelapa karena ikan gabus menghendaki lingkungan yang agak remang-remang. Terlebih dahulu kolam dipupuk dengan kotoran ayam dengan dosis 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah lewat saringan. Untuk benih berukuran 100 g dapat ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 g dapat ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat tumbuh menjadi 250 g/ekor, sedangkan yang berukuran 175 g dapat mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Usahakan  kolam memperoleh air baru dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam dengan 



MAKALAH TEKNIK BUDIDAYA IKAN LEL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, misalnya ikan lele (Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama dengan semakin maraknya Usaha Warung Pecel Lele di Daearh sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat.
Sebelum tahun 1990-an, menurut masyarakat, ikan lele merupakan binatang yang mengelikan dengan bentuk seperti sular dan hidup di tempat yang kotor. Tetapi saat ini pamor ikan lele menjadi naik. Kepopuleran ikan lele tidak hanya di dalam negeri saja. Menurut warta Pasar Ikan (2006) bahwa di Melbourne, Australia masyarakatIndonesia mulai memperkenalkan komoditar teresbut pada masyarakat tersebut.

B.     Tujuan
a.       Sebagai bahan makanan
b.      Ikan lele jenis C. Batrachus juga bisa dimanfaatkan sebagai ikanpajangan atau hiasan.
c.       Ikan lele yang di pelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air. Karena merupakansalah satu makanan alami ikan lele.
d.      Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai macam obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan tidak teratur),hidung berdarah, kencing berdarah, dll.
e.       Selain itu, banyak mengkonsumsi ikan lele juga dapat menyehatkan jantung. Karena ikan lele lebih banyak mengandung omega 3 dibanding dengan jenis ikan lainnya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dasar Teori
Lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai ukuran konsumsi. Setiap segmen usaha ini sangat menguntungkan. Selain untuk konsumsi lokal, pasar lele telah mulai di ekspor dan permintaannya cukup besar.
Tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional kenaikannya sebesar 18,3 % per tahun. Pada tahun 1999 produksi lele sebesar 24.991 ton Pada tahun 2003 produksi lele sebesar 57.740 ton.
Revalitas lele sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai produksi 175.000 ton atau meningkat rata-rata 21,64 % pertahun.
Tingkat kebutuhan benih lele juga meningkat pesat. Pada tahun 1999 dibutuhkan 156 juta ekor, pada tahun 2003 dibutuhkan 360 juta ekor, sedangkan pada akhir tahun 2009 diperkirakan akan dibutuhkan 1,9 milyar ekor atau meningkat 46 % per tahun. 

B.     Jenis-jenis Lele yang Dibudidayakan
Jenis lele yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan dijumpai di pasaran saat ini adalah ikan lele dumbo (Clarias Gariepinus). Dalam kegiatan budidaya secara intensif, ikan lele didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran optimal. Lele dumbo merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas (hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Untuk kolam ukuran 15 m2 lele dumbo dapat ditebar sebanyak 5.250 ekor benih. Selama 2, 5 bulan dapat diproduksi lele sebanyak 450 kg dengan nilai fcr (Fed Caonversion Ratio) satu.
Sementara itu, lele lokal (Clanius Batracus) sudah langka dan jarang ditemukan karena pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan lele dumbo. Secara umum, sosok lele lokal mirip dengan lele dumbo, hanya ukuran tubuhnya tidak sebesar lele dumbo. Dalam makalah ini akan banyak dibahas tentang lele dumbo, khususnya pula tahap pembenihan dan pembesaran.

C.    Hal yang diperhatikan Sebelum Melakukan Budidaya Ikan Lele
1.      Spesies dan Kondisi Lingkungan Lokasi Budidaya
Pemilihan spesies untuk budidaya dan sistem budidaya yang akan dilakukan terngantug pada tujuan budidayanya: apakah untuk: konsumsi lokal atau untuk eksport olah raga ( pemancingan ), umpan hidup, restocking perairan umum, daur ulang limbah dan sebagainya. Menentukan jenis atau spesies yang akan dipelihara dan sistem budidaya yang akan diterapkan harus berdasarkan pendugaan tentang kebutuhan nasional akan produk budidaya. Kondisi ekologi dan sosial ekonomi daerah juga perlu diperhatikan.Iklim, terutama variasi temperatur dan curah hujan, kualitas air serta kondisi lokasi yang tersedia untuk kegiatan budidaya [enting untuk diperhatikan dalam membuat keputusan.
2.      Lokasi Budidaya
Perkiraan kasar tentang lokasi yang tersedia untuk budidaya diperlukan untuk menentukan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan. Dalam hal ini, survei pemilihan lokasi perlu dilakukan sebelum menentukan tempat yang akan digunakan untuk pengembangan budidaya. Informasi tentang sumber air dan biaya untuk instalasi pengaliran air ( jika diperlukan ) sangat perlu diperhatikan.
Jika kegiatan budidaya perairan tergantung pada pemupukan atau pakan alami, maka diperlukan data tentang ketersediaan pupuk organik dan anorganik serta harganya. Selain itu, jika pemberian pakan buatan dalam budidaya akan diterapkan, maka diperlukan data tentang pabrik pakan buatan dalam negeri serta ketersediaan bahan bakunya.
3.      Estimasi Kebutuhan untuk Pasar Lokal dan Ekspor
Pada prinsipnya, data awal yang diperlukan untuk perkembangan budidaya perairan tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Namun demikian ada beberapa data dasar yang secara umum diperlukan untuk membuat keputusan. Estimasi total kebutuhan konsumsi domestik atau kebutuhan eksport produk perikanan merupakan data awal untuk perencanaan  kegiatan budidaya. Data produk perikanan ini merupakan data produksi realistis yang baik yang berasal dari hasil penangkapan maupun dari budidaya.
4.      Kesukaan Konsumen
5.      Kegiatan budidaya merupakan tantangan untuk menerapkan konsep modern tentang market oriented product. Oleh karena itu, sebelum kegiatan budidaya dimulai diperlukan data tentang kesukaan ( demand ) konsumen baik di pasar local maupun internasional.
Budidaya ikan lokal yang digemari masyarakat setempat perlu diutamakan jika tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan produksi makanan serta meningkatkan gizi masyarakat di daerah tersebut.Oleh karena itu, informasi tentang biologi umum ikan lokal yang akan dibudidayakan merupakan data awal yang di perlukan dalam perencanaan.
Pemilihan lokasi pada kegiatan budidaya perairan skala industri memegang peranan yang sangat penting, karena kegagalan kegiatan budidaya seringkali disebabkan oleh lokasi tidak tepat peruntukannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi, antara lain:
·         Pasok dan kualitas air
·         Topografi dan tipe tanah
·         Kriteria lingkungan
·         Fasilitas penunjang ( infrastruktur ), legal aspek dan keamanan.
1.      Sumber Air
Air  yang digunakan untuk pengairan ada empat, yaitu : air hujan ( precipitation), air embun ( dew ), air permukaan ( surface water ), dan air tanah ( ground water ). Dari keempat jenis air tersebut, hanya air permukaan yang lazim untuk budidaya. Air permukaan selain kaya akan unsur hara, debitnya juga tetap, seperti air sungai, air waduk, dan air danau. Air sungai walaupun banyak mengandung unsur hara karena perjalanannya cukup panjang, tetapi air sungai juga banyak mengandung waled ( endapan ). Waled sangat potensial mendangkalkan kolam. Oleh karena itu, sebelum air sungai di gunakan, lebih dahulu difilter, dengan cara mengalirkan air tersebut kedalam bak pengendapan dan setelah beberapa hari di bak pengendapan baru air dialirkan ke dalam kolam atau bak pemeliharaan.
2.      Kuantitas Air
Sumber air yang jelas dan memadai berarti memperjelas kuantitas (jumlah) air. Sumber air dan kuantitas air dijadikan ukuran untuk  memilih wadah yang tepat untuk digunakan.  Air yang dalam seperti di waduk dan danau dapat dilakukan pemeliharaan suatu kultivan dengan menggunakan wadah sangkar atau keramba.Sedangkan perairan yang dangkal seperti pada saluran irigasi dan sungai dangkal sangat cocok untuk pemeliharaan ikan sisrem keramba.Pada bagian sungai yang dekat muara yang biasanya agak dalam cocok untuk penerapan system sangkar.
Sedangkan untuk kolam, sumber air yang cocok adalah sungai atau saluran pengairan lainnya.Idealnya, untuk membangun kolam, air harus tersedia sepanjang tahun. Sedapat mungkin air ini juga mudah di alirkan ke kolam tanpa memerlukan alat bantu, karena bila menggunakan alat bantu seperti pompa, tentu akan menambah biaya operasional maupun pemeliharaan.
3.      Kualitas Air
Selain sumber dan kuantitas (jumlah) harus memadai, air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan juga harus memenuhi kebutuhan optimal ikan.Dengan kata lain, air yang digunakan kualitasnya harus baik. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan parameter dalam menilai kualitas suatu perairan, sebagai berikut:
·         Oksigen 4-6 ppm. Pada kandungan oksigen 2 ppm lele keli masih dapat bertahan, tetapi beberapa penyakit mudah berkembang.
·         Kandungan karbondioksida terlarut maksimal 25 ppm
·         pH air antara 6,7 – 8,6
·         Daya Menggabung Asam (DMA) antara 2 – 4,5
·         Kandungan ammonia kurang dari 0,1 ppm
·         Kandungan asam belerang (H2S)  kurang dari 0,1 ppm
·         Kesadahan 3-8 Dgh
·         Suhu air antara 25 – 30o  C
·         Kecerahan lebih dari 40 cm
·         Ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut.
·         Muatan suspensi 20-400 ppm
·         Tidak tercemar limbah non-organik.

D.    Teknikn Budidaya ikan lele
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan budidaya ikan lele adalah sebagai berikut:
1.      Pelepasan Bibit
Bibit yang dipelihara dalam Pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stres, dan cidera, sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati-hati.Yang penting untuk diperhatikan adalah kepadatan bibit, yaitu antara 500-750 ekor/m2.Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6m2) dapat diisi 3000-4500 bibit lele.
2.      Pengaturan Air
Kualitas air yang digunakan untuk memelihara ikan pada masa Pendederan I sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih.Penggunaan air mengalir dengan sistem pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsung diganti dengan air yang bersih.Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara manual 2-3 hari sekali, atau sesuai kebutuhan.
3.      Pemberian Pakan
Bibit berukuran 1-3 cm tentu saja belum dapat makan pelet butiran.Pakan yang diberikan kepada bibit lele ini harus mengandung cukup banyak protein untuk mendukung pertumbuhannya.Selama minggu pertama, bibit hanya diberi pakan alami berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (Tubifex sp.). Baru pada minggu kedua bibit lele  mulai diberi pellet 581. Pellet ini berbentuk seperti tepung.
4.      Pengendalian Hama dan Penyakit
Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudi daya lele juga harus mencegah masuknya hama dan panyakit. Hama yang sering memakan bibit lele antara lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut berhasil masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan akan ada banyak bibit yang hilang.
5.      Seleksi Bibit
Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan II, atau  bahkan dapat langsung dijual. Bibit lele yang didapat dari seleksi pertama disebut Bibir Saringan I. Bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki keceptatan pertumbuhan yang baik.
6.      Persiapan Induk
Teknik pemijahan intensif sebaiknya dilakukan terhadap induk betina yang telah memiliki kedewasaan optimal (umur sudah lebih dari 18 bulan) dan memiliki ukuran yang cukup besar. Denganteknik pemijahan ini, ikan tidak akan menjalani pembuahan alami, tetapi pemijahan akan dilakukan secara buatan. Induk betina yang akan dipijahkan setidaknya pernah dipijahkan selama 2 bulan terakhir. Sementara untuk induk jantan, persyaratannya tidak berbeda dengan persyaratan induk untuk pemijahan alami.
7.      Persiapan Kolam Penetasan
Pada teknik pemijahan intensif, telur dapat ditempatkan pada kolam penetasan seperti  pada teknik konvensional dan semi-intesif. Bedanya, tidak diperlukan kakaban atau ijuk. Ukuran kolam penetasan juga sama, yaitu sekitar 2 x 3 m, 2 x 4 m, atau 3 x 3 m. Ketinggian kolam sekitar 60 cm, diisi air setinggi 30-40 cm.
8.      Penyuntikan Induk dengan Hipofisa/HCG
Induk yang sudah memenuhi syarat segera disuntikan dengan kelenjar hipofisa atau HCG (ovaprim). Metode penyuntikannya sama dengan metode pemijahan konvensional. Induk yang disuntik tidak perlu yang benar-benar telah siap memijah, karena dengan menyuntikanya menggunakan hipofisa maupun ovaprim, hal kematangan gonad akan terjadi dengan cepat sehingga induk segera siap memijah. Setelah disuntik, induk kembali dilepaskan ke kolam induk.
9.      Stripping dan Pembuahan Telur
Proses strpping pada induk betina dapat dilakukan beberapa jam setelah penyuntikan. Selang waktu antara penyuntikan dan stripping sangat tergantung suhu air, jika suhu air cukup hangat (30 °C),stripping dapat dilakukan 7 jam setelah penyuntikan.Sedangkan apabila suhu air cukup dingin (20 °C), selang waktu antara penyuntikan dan stripping sekitar 21 jam. Jika suhu terlalu rendah (<20 °C) atau terlalu tinggi  (>30 °C), penyuntikan hipofisa/ovaprim mungkin akan mengalami kegagalan.
10.  Pemeliharaan Larva
Larva yang baru menetas harus dipelihara di dalam kolam dengan menggunakan air yang bersih dan dengan aerasi yang baik.Hal itu karena larva masih sangat rentan terhadap serangan penyakit.Regulator air sebaiknya dipasang dalam kolam pemeliharaan larva bilamana tidak ada pembaruan air.Ujung selang penyedot regulator air ditutup dengan kain kassa untuk menghindari tersedotnya larva ke dalam regulator.



















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari dari rumusan permasalahan ini adalah sebagai berikut:
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memulai kegiatan budidaya perairan, antara lain :
1.      Spesies dan kondisi lingkungan budidaya
2.      Lokasi budidaya
3.      Estimasi kebutuhan untuk pasar lokal dan ekspor
4.      Kesukaan konsumen
5.      Sumber air
6.      Kuantitas air, dan
7.      Kualitas air
Cara – cara budidaya ikan lele, antara lain :
Ø  Pelepasan bibit
Ø  Pengaturan air
Ø  Pemberian pakan
Ø  Pengendalian hama dan penyakit
Ø  Seleksi bibit
Ø  Persiapan induk
Ø  Persiapan kolam penetasan
Ø  Penyuntikan induk dengan Hipofisa / HCG
Ø  Stripping dan pembuahan telur, dan
Ø  Pemeliharaan larva










MAKALAH TEKNIK BUDIDAYA IKAN TAWES


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
SECARA keseluruan usaha perikanan meliputi tiga kegiatan  utama  yaitu , Usaha mempruduksi hasil perikanan , Usaha memproses produksi hasil perikanan , dan Usaha memasarkan produksi hasil perikanan. Sedangkan usaha memproduksi hasil perikanan air tawar sendiri, meliputi kegiatn penangkapan diperairan umum seperti danau, sungai, waduk, dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dikolam milik perorangan. Kalau  kita teliti lebih jauh maka usaha pemeliharan atau lebih dikenal dengan  usaha budidaya(kultur) ini, terdiri dari kegiatan pembenihan dan pembesaran.
Usaha perikanan dikolam pekarangan dapat dilasanakan dalam skala besar, dengan manajemen  usaha yang baik. Semua itu dapat dilasanakan jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, lokasi yang akan dibangun mempunyai kelandaian yang memenuhi syarat teknis, juga air yang tersedia cukup debitnya. Selain itu perlu ditunjang modal yang cukup, ditambah dengan beberapa persyaratan teknis maupun sosial ekonomi lainya. Maka jadilah usaha budidaya ikan dikolam perkarangan yang tadinya hanya merupakan sambilan berubah menjadi perusahaan keluarga yang bisa mendatangkan  keuntungan yang cukup besar.  

B.     Tujuan  
1.      Akuakultur
Ikan ini termasuk satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand [6]. Sebagaimana ikan nila, tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan mahal, menjadikannya ikan kolam yang populer di Bangladesh [7]. Taksiran produksi ikan tawes dari pemeliharaan di wilayah Asia Tenggara dan Bangladesh adalah lebih dari 50.000 ton pada tahun 1994[8].
Dipelihara di kolam, tawes jarang mencapai panjang tubuh melebihi 40 cm dan berat melebihi 1,5 kg. Namun terdapat rekor pancingan tawes seberat 2,8 kg di Danau Teak Tree di Thailand, dan seberat 13 kg (panjang 90 cm) di Malaysia[9].
2.      Masakan
Tawes adalah salah satu ikan sungai yang biasa dimakan orang di daerah Asia Tenggara daratan maupun kepulauan. Ikan tawes tergolong ikan yang digemari sebagai konsumsi ikan goreng dan lain-lain masakan.
Tawes merupakan ikan konsumsi yang penting menurut tradisi masak-memasak di Thailand, Laos, dan Kamboja. Di Laos, tawes biasa dimasak sebagai Lap Pa[10]. Sementara di Thailand, daging tawes dimasak sebagai Pla som (ปลาส้ม, ikan asam)[11] atau sebagai salah satu campuran Tom yam.
3.      Pengendali gulma
Sifatnya sebagai herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air[5]. Penelitian yang dilakukan di Danau ManinjauSumatera Barat, mendapatkan bahwa ikan tawes dan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus telah memakan aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpeluang untuk digunakan sebagai pembersih air danau.[12]
4.      Ikan donor
Ikan tawes juga acap digunakan sebagai donor hormon hipofisis bagi ikan-ikan yang hendak dipijahkan




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Mangenal Usaha Budidaya Ikan Tawes
Nama daerah dari ikan tawes ini adalah wader atau putihan, selama ini nama spesiesnyapuntius javanicus dan puntius goniotatus , dan masuk dalam genus puntius.

Hasil gambar untuk IKAN  TAWES
Ordo    : Ostariophysi
Famili  : Cyprinidae
Genus  : Puntius
Spesies : Puntius javanicus
Ikan ini memiliki ciri-ciri , badan memanjang, pipih kesamping (kopressed), bentuk punggung merupakan busur, tinggi badan 1 : 2,4 - 2,6 kali panjang standar. Mocong runcing, mulut terletak di ujung terminal (tengah) kecil dan mempunyai dua pasang sungut yang sangat kecil.
Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk yang kesepuluh sirip punggung berbentuk seperti jari-jari. Sirip dubur bercagak, permulaan sirip ini berhadapan dengan sisik line lateralis ke-19, sirip ekor bercagak dalam dengan lobus membulat, sisik garis rusuk (line lateralis) berjumlah 29-31.
Sisik berwana putih keperak-perakan, di bagian punggungya warna lebih gelap sedangkan dibagian perut berwarna lebih putih , dasar sisik kelabu sampai gelap.
Minimal ada 4 jenis ikan tawes yang pernah ditemukan diperairan, meskipun masih ada beberapa diantaranya yang sulit ditemukan karena populasinya tidak begitu banyak, selain jarang masyarakat yang membudidayakanya, kehadiranya atau keberadaanya sering di abaikan. Namun ada juga jenis-jenis yang sudah sangat umum dan banyak ditemukan diperairan karena juga sudah bisa dibudidayakan oleh masyarakat. Malah jenis-jenis inilah yang menjadi bentu umum ikan tawes.
Adapun keempat jenis ikan tawes tersebut dapat disebutkan antara lain:
1.      Tawes Biasa
Ikan ini memiliki sisik yang berwarna kelabu dan sudah menjadi bentuk umum dari tawes yang yang sering di budidayakan di masyarakat. Tawes ini dengan mudah ditemukan pada para petani ikan diseluruh indonesia, misalnya, jakarta, jawa barat, jawa tengah ,(Ngrajek,Muntilan), dan lain-lain tempat.
2.      Tawes Bule
Ikan ini memiliki sisik albino, dan jarang terdapat diperairan umum maupun dikolam-kolam masyarakat, namun ikan ini diduga mulai ada sejak tahun 1936.
3.      Tawes Silap
Tawes silap mempunyai sisik yang berwarna putih kelabu, seperti  tawes biasa, namun sisik yang berwarna putih ini bercampur dengan sisik yang berwarna keperakan, sehngga sulit membedakan ikan tawes silap ini dengan ikan tawes biasa. Seperti halnya ikan tawes bule , ikan tawes silap ini pun jarang ditemukan.
4.      Tawes Kumpay
Seperti halnya ikan mas kumpay, ikan tawes kumpay mempunyai sirip dada dan sirip ekor yang relatif panjang. Ikan ini berwarna putih  kelabu dan jarang ditemukan di kolam petani maupun di perairan umum.

B.     Kebiasaan Hidup Ikan Tawes Di Alam
Ikan tawes ini pada alam aslinya merupakan ikan penghuni sungai yang biasanya bearus deras. Ikan ini mempunyai ketahanan hidup diair payau hingga 7 permil. Sebagai buktinya, ikan ini berkembang pesat di cengkareng (jakarta), yang dikenal berair asin sehingga ikan ini sangat cocok ontuk di pelihara diwaduk-waduk, kolam dengan air agak asin, dan sawah. Pada penebaran bibit ikan didaerah jawa tengah, waduk gajah mungkur misalnya, ikan tawes dipilih sebagai ikan yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan biak.

C.    Kebiasaan Makan Ikan Tawes
Banyak orang yang menyangka ikan tawes ini sebagai ikan pemakan segala, ini mungkin dikarenakan ikan ini dapat menerima makanan dalam bentuk apapun. Namun kalau kita telusuri lebih jauh akan ketahuanlah bahwa ikan sungai ini lebih banyak memakan tumbuhan-tumbuhan air seperti hydrilla verticillata Ipresl dan ceratophyllum demersum L, dan lain-lainya.

Ikan dewasa juga sering di temukan memakan daun-daunan tanaman darat seperti daun singkong, rumput-rumputan lunak. Larva memakan alga bersel satu (unicellular) dan Zoo Plankton yang halus. Sedangkan ikan dan benih-benih dan ikan dewasa  memakan tumbuhan air , dengan melihat kebiasaan makan bahwa ikan tawes tergolong sebagai herbivora dan bukan omnivore.

D.    Kebiasaan Berkembang Biak
Ikan tawes di kenal sebagai ikan yang mudah berkembang biak di alam, oleh karenanya tidak sulit juga mengembangkanya dikolam pemeliharaanya. Ikan ini dialam pada umumnya berbiak pada awal musim hujan, saat permukaan air naik yang menibulkan rangsangan karena adanya bau tanah, namun demikian ikan ini mudah dikawinkan disetiap saat tanpa mengenal musim dengan terlebih dulu melakukan manipulasi lingkungan.
Dialam ikan ini mulai matang kelamin pada umur yang relatif muda sekitar satu tahun, pada ikan jantan kematangan kelamin terjadi lebih cepat, yaitu sekitar 6-8 bulan. Ikan ini dapat dikembangkan tanpa mengalami kesulitan pada tempat berketinggian tidak lebih dari 1.100 m dari permukaan air lau, namun dari penelitian lebih jauh diperoleh keterangan bahwa ikan ini sangat jika dibiakan pada tempat dngan ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.
Jika akan  melakukan pemijahan, ikan ini tidak memerlukan alat bantu khusus untuk mempercepat proses pemijahan atau pun  untuk melindungi tlur-telurnya. Ini dikarenakan ikan tawes mempunyai telur yang bersifat demersal atau melayang didasar kolam. Sama sekali tidak berperekat seperti halnya telur ikan mas, maka bila air kolam tersebut kita gerakan telur ikan tawes yang tengelam di dasar kolam akan kembali melayang. Karena sifat telurnya yang demikian itu, maka untuk pemijahan ikan tawes secara terkontrol yang mempergunakan rangsangan exstra kalenjar hipofisa , telur-telurnya biasanya diteteskan pada corong penetasan yang dilengkapi dengan aliran air dari bawahnya, cara itu tidak lain untuk menjaga agar telur-telur ikan tawes tetap mengapung dan tidak terkumpul didasarnya yang menyebabkan tlurnya membusuk.

E.     TEKNIK BUDIDAYA
1.      Memilih Induk Ikan Tawes
Meskipun ikan tawes tersebut sudah diketahui bisa dipijahkan pada umur 6 bulan untuk jantan dan setahun untuk ikan betina, namun sebaiknya mempergunakan induk yang berumur lebih dari sepuluh bulan untuk jantan dan 14 bulan untuk betina. Induk jantan yang di pergunakan untuk pemijahan sebaiknya jangan terlalu tua dan tidak terlalu sering dikawinkan, sebagai batas yang ideal maka sebaiknya induk betina tidak lebih 6 kali perkawinan. Ikan yang sudah tua biasanya berwarna kusam, tidak becahaya sisiknya, selain harus cerah sisiknya pun harus tersusun dengan teratur dan relatif besar, jangan ada cacat pada badanya, sebab dikhawtirkan akan menularkan pada keturunanya. Sebaiknya dipilih induk yang gesit gerakanya yang menandakan badannya sehat.
Selain harus berbadan sehat persyaratan bentuk tubuh pun harus dipenuhi bagi ikan yang akan memasuki kolam pemijahan. Badan dilihat punggunya harus  tinggi terlihat kokoh , dan tak terlihat adanya tulang yang bengkok atau cacat pada bagian insang, bentuk kepala membulat dan panjang dengan lubang anus terletak jauh di belakang, ini biasanya terlihat pada induk betina yang sudah matang gonad , ditambah lagi perut betina ini biasaya membulat jika sudah dipenuhi dengan telur, tingkah induk betina yang matang telur biasanya jinak sedangkan induk jantan sebaliknya , gesit, galak, sedikit garang dan terlihat enerjik.
Untuk membedakan induk jantan dan betina ikan tawes selain perbedaan bentuk perut bagi yang sudah matang gonad dapat juga dengan meraba pipi ikan  yang akan dijadikan induk. Induk jantan mempunyai pipi yang kasar sedangka induk betina mempunyai pipi yang halus.
Ikan jantan yang telah matang gonad akan mengeluarkan cairan berwarna putih seperti santan yang tidak lain adalah sperma, apabila kita mengurutnya dari arah perut kelubang dubur. Sedangka induk betina yang sudah matang gonad akan menunjukan bentuk badan jelek karena mengembangya perut selain kearah samping juga kearah perlepasan. Selain itu juga pada lubang gental berwarna kmerah-merahan atau terdapat bintik merah sebelah belakangnya. Kalau kita menyepatkan diri untuk meraba perutnya ikan matang kelamin biasanya perutnya kenyal dan tidak mengembang.
2.      Pemijahan Ikan Tawes di Kolam
Seperti kenyataan ikan yang tergolong keluarga cyprinidae, ikan tawes pun memerlukan pemasukan air yang baru dan segar selama proses pemijahan. Selain air baru tersebut kolam yang akan dipergunakan untuk pemijahan harus mendapatkan perlakuan khusus terlebih dahulu ini bertujuan agar pelaksanaan pemijahan dapat berlangsung dengan baik tanpa hambatan.
Seperti telah di singgung di atas, ikan tawes mempunyai telur yang bersifat demersal atau melayang didasar kolam. Maka tidak perlu disediakan alat penempel telur apapun bahan pembuat sarang karena induk ikan tawes ini tidak punya keahlian atau merawat keturunanya. Tetapi bukan berati kita boleh becerobah begitu saja dalam mempersiapkan kolam pemijahan justru disinilah kita ditantang untuk berfikir praktis namun tepat dalam menyediakan tempat pemijahan dengan melihan terlebih dahulu kebiasaan berkembangnya dialam.
3.      Pembuatan Kolam
Membuat sebuah kolam pada jakikatnya adalah membuat suatu pematang yang kokoh, yang mampu menahan masa air yang besar, oleh karena itu faktor tanah yang merupakan bahan baku maupun dasar dari kontruksi kolam yang akan dibuat, haruslah mendapatkan perhatian dalam pembuatan kolam ini.
Untuk mendapatkan kolam yang memenuhi syarat teknis yaitu mudah di isi air dan dikeringkan, haruslah dengan memadukan antara kegiatan pengalian tanah dan penimbunan tanah, kegiatan ini peting dilakukan dan di perhatikan khususnya bagi yang pertama kali akan membangun kolam di pekarangan karena sangat berpengaruh bukan saja dari segi teknis yaitu sesuai tidaknya kolam tersebut, tetapi juga akan menyangkut anggaran pengeluaran yang sia-sia jika terjadi kesalahan. Bayangkan saja jika kita harus mengali tanah sedalam satu meter, ditambah lagi harus membuang tanah ketempat yang jauh, padahal dua kegiatan tersebut bisa  dilakukan dengan seirama, dalam arti kata tanah yang digali hanya separuhnya dengan tambahan penimbunan tanah hasil galian itu sendiri untuk mendapatkan kolam yang sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki ada juga orang yang membuat kolam dengan jalan membangun pematang hasil timbunan tanah yang entah didapat dari mana, tentu saja perkerjaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikitpadahal itu tidak begitu di butuhkan dalam kegiatan budidaya.
4.      Kontruksi Kolam Pemijahan
Karena selama proses perkawinan harus ada pengantian air atau dengan kata lain pemasukan air baru maka konsetrasi kolam harus ada pintu pemasuk air yang berhubungan  langsung dengan saluran permukaan air, dan pintu permukaan air yang juga harus berhubungan dengan saluran pembungan, air yang dipergunakan sedapat mungkin berasal dari saluran pemasukan air, ini dimaksudkan untuk mendapatkan air yang segar dalam arti beum tercemar oleh gas-gas yang tidak dikehendaki dan masih kaya akan oksigen.
Bentuk kolam sebaiknya empat persegi panjang dengan luas tidak kurang dari 200 m2. Dasar kolam sebaiknya tidak terlalu berlumpur karena akan menyebabkan telur tidak menetas jika tertutup lumpur, dasar kolam pemijahan dibuatkan kemalir atau saluran tengah yang berukuran lebar 40 cm dan dalam 20 cm, yang menghubungkan pintu pemasukan dan pengeluaran air. Saluran ini berguna pada saat penangkapan benih nantinya, karena benih dapat berkumpul disaluran ini sehingga mudah mengurusnya, jika kemalir ini tidak beres alamat akan banyak korban berjatuhan pada saat penangkapan benih, kemalir ini harus mengikuti kemiringan kolam yaitu bagian terendah terletak pada pintu pengeluaran air, dasar kemalir hurus sama dengan dasar pintu pengeluaran ini dimaksudkan bila kolam dikeringkan atau pada saat penangkapan benih, air berjalan dengan lancar dan kolam dapat dikeringkan seluhnya tanpa ada air yang tersisa, jika dasar pintu pemasukan terletak lebih tinggi dari dasar kemalir, maka pada waktu penangkapan benih dilakukan akan mengalami gangguan karena benih tidak dapat berkumpul dikemalir.
5.      Persiapan Pemijahan Ikan Tawes
Dalam pesiapan pemijahan berbeda dengan ikan emas yang membutuhkan luas kolam hanya beberapa meter persegi ikan tawes ini membutuhkan kolam yang relatif luas untuk pemijahanya yaitu berkisaran 200-300 m2, harap maklum saja kolam pemijahan ikan tawes ini dipergunakan juga sebagai kolam penetasan dan pedederan atau, lebih tepatnya perawatan benih. Jika kalau diumpamakan kolam pemijahan ikan tawes seperti ini kolam pendederan ikan mas yang dipergunakan untuk mempertemukan induk jantan danbetina.
Pengeringan dasar kolam dilakukan selama 2-3 hari namun harus dijaga agar dasar kolam ini akan menyebabkan sebagian telur tawes yang jatuh kedalamnya akan tertutup lumpur, setelah kering air mulai dimasukan pada pagi hari, jika air telah mencapai kedalaman 20 cm, induk sudah boleh dimasukan, namun pemasukan air masih terus dilakukan dan monnik diatur agar ketinggian air tetap 70 cm dibagian pengeluaran dan 40 cm di bagian pemasukan, pintu pemasukan air ini sedapat mungkin ditepatkan agak ketengah kolam mengingat ikan tawes ini punya kebiasaan unik mengejar arus, sehingga sering kali melncat keluar kolam.
6.      Pemijahan Ikan Tawes
Pada jam 16.00 pemasukan air kedalam kolam diperbesar untuk memberikan rangsangan alami pada ikan tawes ini, biasanya pada saat itu induk sudah mulai berkejar-kejaran didalam kolam. Banyaknya induk tawes berdasarkan perbandingan berat, biasanya jumlah induk jantan lebih banyak karena ukuran masih rrelatif masih kecil pada saat matang kelaminya.
Jika tidak ada aral melintang dan penyimpangan yang prinsipal maka ikan tawes tersebut akan memulai misinya pada sekitar jam 19.00-22.00 yang biasanya ditandai dengan suara berdengungap seperti indian apache melakukan peryerbuan. Pemijahan ini biasanya terjadi ditepi yang dangkal didepan pintu pemasukan air , ini sangat menguntungkan karena telur yang hanyut keluar kolam dapat dicegah. Namun tidak jarang pemijahan ini terjadi justru didekat pengeluaran air, dan ini yang sangat tidak diharapkan karena sebagian telur akan hanyut terbawa air. Rupanya ikan rawes ini akan memijah di tempat yang dekat dengan bunyi air, untuk menghindarka pemijahan ini ditempat yang tidak di inginkan .
Ikan tawes yang telah selesai memijah tetap di biarkan di dalam kolam pemijahan bersama dengan telur-telurnya, telur ikan tawes ini akan menetas dalam tempo yang relatif singkat sekitar 13 jam, pada suhu antara 24-23oc . penetasan yang relatif singkat ini dimungkinkan karena telur ikan tawes berdinding sangat tipis.  Makanan tambahan bagi induk diberikan dedak, daun singkong, kangkung, dan sebagainya. Anak-anak  ikan yang sudah bersama –sama induknya tersebut juga diberikan makanan tambahan dedak halus. Dan setelah 25 hari barulah kolam boleh dikeringkan untuk dipanen benihnya. Sedangkan induk-induk ikan dikembalikan kekolam pemeliharaan induk untuk menunggu kematangan telur induk betina sehingga kembali dipijahkan.
7.      Penetasan Telur
Setelah terjadi proses pemijahan pada indukan tawes, proses berikutnya adalah penetasan telur. Hal-hal yang perlu dicermati pada tahapan penetasan telur yaitu :
a.       Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam diperkecil agar telur-telur tidak terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam pemijahan juga
b.      Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar kolam atau bagian lahan yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan sapu lidi di dasar kolam
c.       Pada umumnya, telur ikan tawes menetas semua setelah 2-3 hari
d.      Dari ikan hasil penetasan dipelihara di kolam tersebut selama kurang lebih 21 hari
8.      Pemungutan Hasil Benih
Setelah telur ikan menetas semua dan benih berkembang, benih ikan siap berumur 21 har ini siap diangkat. Dalam pengangkatan benih ini perlu diperhatikan hal-hal berikut :
-          Sebaikknya proses pemanenan dilakukan pada pagi hari
-          Pemanenan dilakuakan dengan cara menyurutkan/mengeringkan kolam
-          Setelah benih berada dikamalir/dicaren, benih ditangkap dengan menggunakan waring atau seser
-          Selanjutnya benih ditampung di hapa yang telah ditempatkan di saluran air mengalir dengan aliran air tidak deras
-           Benih lersebut selanjutnya dipelihara lagi di kolam pendederan atau dijual. 
9.      Pendederan
Bibit yang diperoleh selanjutnya dipelihara kembali atau dikenal dengan istilah pendederan.
Ø  Mula-mula kolam dikeringkan selama 2-3 hari
Ø  Dilakukan perbaikan pematang, pembuatan caren/saluran
Ø  Kemudian, dasar kolam diolah dicangkul, kemudian dipupuk dengan Urea & SP 36 sejumlah 10gr/m2 dan pupuk kandang 1 – 1,5 kg/m2 tergantung kesuburannya.
Ø  Setelah kolam dipupuk kemudian diairi setinggi 2-3 cm dan dibiarkan 2-3 hari kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman 50 cm
Ø  Kemudian benih ditebar di kolam pendederan dengan padat tebar 10-20 ekor/m2
Ø  Pemeliharaan dilakukan kurang lebih 3 minggu – 1 bulan.
Ø  Selanjutnya dapat dipanen dan hasil benih dapat dijual atau ditebar lagi di kolam pendederan II.
Dalam pembibitan ikan tawes ini, penjualan bibit ikan dapat dilakuakan dalam beberapa kurun waktu tergantung dari permintaan

10.  Pembesaran  Ikan Tawes
Pembesaran ikan tawes biasanya dilakukan dengan  menebarkan  benih yang berukuran 8 cm dengan kepadatan 3-4 ekor/m2 , atau bisa juga dilangsungkan dari pendederan  ikan yang berukuran 5 cm . ketinggian air dikolam ini berkisaran antara 40-60 cm dengan aliran air yang  stabil dan debit air yang tidak terlalu besar . pembesaran ikan tawes ini dimaksudkan untuk mendapatkan ikan yang berukuran komsumsi dan jika memungkinkan mendapatkan indu-induk tawes baru. Pembesaran biasanya berlangsung cukup panjang yaitu antara 4-6 bulan, makanan tambahan harus diberikan setiap hari misalnya daun singkong, kangkung , dan dedak. Pemberian daun-daunan cukup diberikan dibeberapa tempat, tanpa perlu menyebarkan diseluruh permukaan kolam, sedangkan pemberian makanan dedak dapat disebarkan  merata keseluruh kolam. Pemberian makanan ini sebaiknya dilakukan disore dan pagi hari. Ikan-ikan  tawes sangat kelihatan sekali rakusnya sedang diberikan makanan tambahan.
             Setelah ikan berumur 6 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan atau dijadikan ikan lauk di meja makan, jika produksi ikan tawes meningkat maka jalan penyelamatanya selain sebagian di ambil sebagai induk baru, dapat juga diawetkan sebagai ikan asin yang sangat digemari oleh masyarakat, untuk pemasaran ikan tawes ini tidak begitu susah karena ikan ini sudah lama dikenal oleh masyarakat dan cukup banyak peminatnya.





























BAB  III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Nama daerah dari ikan tawes ini adalah wader atau putihan, selama ini nama spesiesnyapuntius javanicus dan puntius goniotatus , dan masuk dalam genus puntius.
Ikan ini memiliki ciri-ciri , badan memanjang, pipih kesamping (kopressed), bentuk punggung merupakan busur, tinggi badan 1 : 2,4 - 2,6 kali panjang standar. Mocong runcing, mulut terletak di ujung terminal (tengah) kecil dan mempunyai dua pasang sungut yang sangat kecil.
2.      Jenis ikan Tawes
a.       Tawes Biasa
Ikan ini memiliki sisik yang berwarna kelabu dan sudah menjadi bentuk umum dari tawes yang yang sering di budidayakan di masyarakat. Tawes ini dengan mudah ditemukan pada para petani ikan diseluruh indonesia, misalnya, jakarta, jawa barat, jawa tengah ,(Ngrajek,Muntilan), dan lain-lain tempat.
b.      Tawes Bule
Ikan ini memiliki sisik albino, dan jarang terdapat diperairan umum maupun dikolam-kolam masyarakat, namun ikan ini diduga mulai ada sejak tahun 1936.
c.       Tawes Silap
Tawes silap mempunyai sisik yang berwarna putih kelabu, seperti  tawes biasa, namun sisik yang berwarna putih ini bercampur dengan sisik yang berwarna keperakan, sehngga sulit membedakan ikan tawes silap ini dengan ikan tawes biasa. Seperti halnya ikan tawes bule , ikan tawes silap ini pun jarang ditemukan.
d.      Tawes Kumpay
Seperti halnya ikan mas kumpay, ikan tawes kumpay mempunyai sirip dada dan sirip ekor yang relatif panjang. Ikan ini berwarna putih  kelabu dan jarang ditemukan di kolam petani maupun di perairan umum.
3.      Teknik Budidaya Meliputi
-          Memilih Induk Ikan Tawes
-          Pemijahan Ikan Tawes di Kolam
-          Pembuatan Kolam
-          Kontruksi Kolam Pemijahan
-          Persiapan Pemijahan Ikan Tawes
-          Pemijahan Ikan Tawes
-          Penetasan Telur
-          Pemungutan Hasil Benih
-          Pendederan
-          Pembesaran  Ikan Tawes