BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ikan gabus adalah
sejenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan gabus
mempunyai nama ilmiah Channa striata.Ikan gabus atau betutu adalah salah
satu ikan asli yang hidup di perairan tawar di Indonesia, seperti daerah aliran
sungai di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Sumatera Selatan nilai ekonominya
terus meningkat karena ikan gabus selain dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar
juga telah digunakan sebagai bahan pembuatan kerupuk, pempek dan olahan
lainnya.
Ikan gabus merupakan golongan ikan yang mempunyai alat
pernafasan tambahan sehingga dapat tumbuh di air tergenang yang minim oksigen
dan tidak perlu dilakukan pergantian air, oleh karena itu jenis ikan ini sangat
mudah di budidayakan. Ikan gabus mengandung protein 70% , albumin 21% , asam
amino, mikronutrien serta selenium dan iron yang sangat penting untuk kesehatan
sehingga dapat digunakan sebagai obat.
Albumin ikan gabus dan kandungan lainnya penting untuk
pembentukan sel-sel baru dan mengganti sel-sel yang rusak di tubuh. Beberapa
kasus pasien kanker, gagal ginjal, stroke, tuberkolusis, dan diabetes yang
telah menjalani terapi nutrisi dengan albumin ikan gabus memberikan
kondisi memuaskan. Dalam sebuah situs web menjelaskan ada seorang yang sakit
kanker kandung kemih namanya Amir H–nama samaran–di Bandung Jawa Barat. Amir
yang sejak 3 tahun lalu divonis menderita kanker kandung kemih mesti menjalani
kemoterapi sebagai salah satu pencegahan agar sel-sel tumor di tubuhnya tidak
berkembang. Pada kasus kemoterapi, efek samping yang ditimbulkan umumnya:
rambut rontok dan mudah lemas. Amir H yang selalu rutin mengonsumsi 6 kapsul
per hari albumin ikan gabus memperlihatkan kondisi menggembirakan.
B. Tujuan
·
mengetahui informasi tentang ikan gabus
·
mengetahui budidaya ikan gabus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Ikan
Gabus
Berdasarkan hasil penelitian dari Anonim, 2012 ikan gabus
ini dapat diklasifikasi dan morfologi berdasarkan taksonomi diantarnya yaitu :
Klasifikasi ikan gabus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actionopterygii
Ordo : Percformes
Famili : Channidae
Genus : Ophiocephalus
Spesies : Ophiocephalus striatus ( Channa striata )
Ada dua spesies ikan gabus yang dapat di temukan yaitu :
Channa micropeltes
Channa pleuropthalmus
B.
Morfologi
ikan gabus
Ikan gabus pada umumnya memiliki bentuk tubuh bulat
memanjang dengan panjang mencapai ½ – 1 meter bahkan lebih, ikan ini memiliki
berat rata – rata 2-5 kg. Bagian kepala berbentuk gepeng dan agak pipih yang
hampir menyerupai kepala ular ( Head snake ). Memiliki sisik yang
besar dan kasar di bagian kepala, perut, punggung, dan bagian ekornya.
Bagian sirip punggung memanjang dan juga sirip ekor bebentuk
bulat pada bagian ujungnya, bagian sisi atas tubuh hingga bagian ekor memiliki
warna kegal, kehitaman maupun kehijauan, sedangkan warna bagian perut berwarna
krim atau putih. Bagian sisi samping terdapat garis maupun coret tebar (
striata ), warna ini biasanya tergantung dengan habitat dan lingkungannya.
C.
Kebiasaan
Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai,
dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka
ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain
termasuk berudu dan kodok. Seringkali ikan gabus
terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau
memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa
ikan-ikan peliharaan di sana. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini
akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di
dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap
kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau,
mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini adalah karena gabus
memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ
labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih
primitif. Pada musim kawin, ikan jantan dan betina bekerjasama menyiapkan
sarang di antara tumbuhan dekat tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah
bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari
untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijagai oleh induknya.
D.
Penyebaran
Ikan gabus menyebar luas mulai dari Pakistan di
barat, Nepal bagian selatan, kebanyakan wilayah
di India, Bangladesh, Sri Lanka, Tiongkok bagian
selatan, dan sebagian besar wilayah di Asia
Tenggara termasuk Indonesia.
E.
Keragaman
Jenis
Gabus dan kerabatnya termasuk hewan Dunia Lama, yakni dari
Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang
lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut. Di Indonesia terdapat
beberapa spesies Channa; yang secara alami semuanya menyebar di sebelah
barat Garis Wallace. Namun kini gabus sudah diintroduksikan ke bagian
timur pula. Salah satu kerabat dekat gabus adalah ikan toman (Channa
micropeltes), yang panjang tubuhnya dapat melebihi 1 m dan beratnya lebih dari
5 kg.
F.
Teknik
Budidaya Ikan Gabus
1. Perbedaan
Ikan Gabus Jantan Dan Betina
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan
melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna
tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan
putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang,
perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus
sudah mencapai 1 kg.
2. Pemijahan
Ikan Gabus
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan
sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama
3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan;
sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian
permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk
jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk
ditetaskan. Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap
hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa
menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.
3. Penetasan
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium
ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari;
isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama
penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan
telur dengan kepadatan 4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas
dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena
masih menyimpan makanan cadangan.
4. Pemeliharaan
Larva Ikan Gabus
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15
hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva
bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan
berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva
diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga
kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan
mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari
sekali, tergantung kualitas air.
5. Pendederan
Ikan Gabus
Pendederan ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam
ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan
parit keliling dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya;
tebarkan 5 – 7 karung kotoran ayam / kotoran ternak; isi air setinggi 40 cm dan
rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi
hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam
untuk setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.
6. Pembesaran
Ikan Gabus di Kolam
Pemeliharaan ikan gabus untuk dibesarkan di kolam dengan cara sebagai
berikut :
Siapkan kolam dengan ukuran tergantung keadaan lahan yang tersedia,
biasanya ukuran antara 2.500 M2– 5.000 M2; keringkan selama 4 – 5 hari;
perbaiki seluruh bagiannya; buatkan parit keliling dengan lebar 2 M dan tinggi
40 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 500 – 1.000 kg kotoran ayam / kotoran ternak;
isi air setinggi 75 cm – 100 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan);
tebar benih berumur 3 minggu sebanyak 5 ekor/M2 pada pagi hari; setelah
itu beri pakan tambahan dengan dosis 3 – 5 % dari berat badan per hari; panen
dapat dilakukan setelah ikan gabus berumur 3 – 4 bulan (ukuran konsumsi).
a. Pemijahan
Ikan Gabus di Kolam
·
Konstruksi kolam
Luas kolam pemijahan bervariasi antara 200 M2, tergantung ketersediaan
lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan
pembuangan berseberangan secara diagonal. Tujuannya agar kolam bisa memperoleh
air dari saluran langsung dan pembuangannya pun bisa lancar. Debit air kolam
minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang kotinyu akan berpengaruh positif
terhadap proses pemijahan.
Bila lahannya sempit, bisa dibuatkan bak semen berukuran 2 mX 1 m x 1 m untuk pemijahan induk betutu secara berpasangan. Namun, bila mau memijahkan beberapa pasang di lahan terbatas bisa dibuat kolam tembok berukuran 4 m X 2 M X I M.
Bila lahannya sempit, bisa dibuatkan bak semen berukuran 2 mX 1 m x 1 m untuk pemijahan induk betutu secara berpasangan. Namun, bila mau memijahkan beberapa pasang di lahan terbatas bisa dibuat kolam tembok berukuran 4 m X 2 M X I M.
·
Persiapan kolam
b. Untuk
kolam pemijahan seluas 200 m2, disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g
sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, dapat
dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang. Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan
dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibuat dari asbes.
Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung
untuk mengetahui keberadaannya..Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan
setelah kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya
kolam memperoleh pergantian air secara terus-menerus. Proses pergantian air
secara terus menerus ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir semua jenis
ikan secara alami.
7.
Pemijahan Ikan Gabus
-
Memilih Induk
Induk ikan gabus umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang
lama dan pakan yang sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam.
Ciri Induk Ikan Gabus yang Berkualitas:
Betina : Badannya berwana lebih gelap.Bercak hitam lebih banyak. Papila
urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar, warnanya
memerah saat menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil dibandingkan yang jantan
pada umur yang sama.Berbadan sehat.Dewasa.
Jantan : Badannya berwana lebih terang.Bercak hitam lebih sedikit. Papila
orogenital berbentuk segitiga, pipih, dan kecil.Pada umur yang sama
ukurannya lebih besar daripada betina.Berbadan sehat.Dewasa.
8. Penetasan
Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat kecil,
kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding
sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan
mengembang terns dan panjang telur meningkat sekitar 50 % hingga telur
berukuran 1,3 mm.
Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan
yang telah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa ditempati oleh sepasang
induk, tetapi bisa juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium
sebaiknya minimal 60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak
kuat, dan ditetesi beberapa tetes
Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur
(fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya
segera disifon agar tidak menulari telur yang lain. Jumlah telur dalam setiap
sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang
bersamaan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas,
kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80—90%
9. Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan sudah
habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan yang
seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu pendederan I dan pendederan II. Pendederan I dilakukan di dalam bak atau
kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini
dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x
75 cm dan tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar.
Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau
3o ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut dapat ditampung sebanyak
100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50
cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2 bulan. Dengan pakan
yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat
hidup mencapai 20%.
Untuk pendederan II, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5
m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam
sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di
pendederan II yaitu 4 bulan dan akan dihasilkan benih ikan berukuran 10 cm
(30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa mencapai 100%.
10. Pembesaran
Pembesaran
dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang dibutuhkan
seluas 200-600 m2. Usahakan kolam memperoleh air baru dengan konstruksi
pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor.
Idealnya, kolam dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan
beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau daun kelapa karena ikan
gabus menghendaki lingkungan yang agak remang-remang. Terlebih dahulu kolam
dipupuk dengan kotoran ayam dengan dosis 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air
yang sudah lewat saringan. Untuk benih berukuran 100 g dapat ditebarkan 20
ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 g dapat ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2.
Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat tumbuh menjadi 250 g/ekor,
sedangkan yang berukuran 175 g dapat mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran
konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Usahakan kolam
memperoleh air baru dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan terlebih
dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam dengan