Kamis, 01 November 2018

MAKALAH TEKNIK BUDIDAYA IKAN LEL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, misalnya ikan lele (Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama dengan semakin maraknya Usaha Warung Pecel Lele di Daearh sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat.
Sebelum tahun 1990-an, menurut masyarakat, ikan lele merupakan binatang yang mengelikan dengan bentuk seperti sular dan hidup di tempat yang kotor. Tetapi saat ini pamor ikan lele menjadi naik. Kepopuleran ikan lele tidak hanya di dalam negeri saja. Menurut warta Pasar Ikan (2006) bahwa di Melbourne, Australia masyarakatIndonesia mulai memperkenalkan komoditar teresbut pada masyarakat tersebut.

B.     Tujuan
a.       Sebagai bahan makanan
b.      Ikan lele jenis C. Batrachus juga bisa dimanfaatkan sebagai ikanpajangan atau hiasan.
c.       Ikan lele yang di pelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air. Karena merupakansalah satu makanan alami ikan lele.
d.      Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai macam obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan tidak teratur),hidung berdarah, kencing berdarah, dll.
e.       Selain itu, banyak mengkonsumsi ikan lele juga dapat menyehatkan jantung. Karena ikan lele lebih banyak mengandung omega 3 dibanding dengan jenis ikan lainnya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dasar Teori
Lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai ukuran konsumsi. Setiap segmen usaha ini sangat menguntungkan. Selain untuk konsumsi lokal, pasar lele telah mulai di ekspor dan permintaannya cukup besar.
Tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional kenaikannya sebesar 18,3 % per tahun. Pada tahun 1999 produksi lele sebesar 24.991 ton Pada tahun 2003 produksi lele sebesar 57.740 ton.
Revalitas lele sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai produksi 175.000 ton atau meningkat rata-rata 21,64 % pertahun.
Tingkat kebutuhan benih lele juga meningkat pesat. Pada tahun 1999 dibutuhkan 156 juta ekor, pada tahun 2003 dibutuhkan 360 juta ekor, sedangkan pada akhir tahun 2009 diperkirakan akan dibutuhkan 1,9 milyar ekor atau meningkat 46 % per tahun. 

B.     Jenis-jenis Lele yang Dibudidayakan
Jenis lele yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan dijumpai di pasaran saat ini adalah ikan lele dumbo (Clarias Gariepinus). Dalam kegiatan budidaya secara intensif, ikan lele didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran optimal. Lele dumbo merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas (hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Untuk kolam ukuran 15 m2 lele dumbo dapat ditebar sebanyak 5.250 ekor benih. Selama 2, 5 bulan dapat diproduksi lele sebanyak 450 kg dengan nilai fcr (Fed Caonversion Ratio) satu.
Sementara itu, lele lokal (Clanius Batracus) sudah langka dan jarang ditemukan karena pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan lele dumbo. Secara umum, sosok lele lokal mirip dengan lele dumbo, hanya ukuran tubuhnya tidak sebesar lele dumbo. Dalam makalah ini akan banyak dibahas tentang lele dumbo, khususnya pula tahap pembenihan dan pembesaran.

C.    Hal yang diperhatikan Sebelum Melakukan Budidaya Ikan Lele
1.      Spesies dan Kondisi Lingkungan Lokasi Budidaya
Pemilihan spesies untuk budidaya dan sistem budidaya yang akan dilakukan terngantug pada tujuan budidayanya: apakah untuk: konsumsi lokal atau untuk eksport olah raga ( pemancingan ), umpan hidup, restocking perairan umum, daur ulang limbah dan sebagainya. Menentukan jenis atau spesies yang akan dipelihara dan sistem budidaya yang akan diterapkan harus berdasarkan pendugaan tentang kebutuhan nasional akan produk budidaya. Kondisi ekologi dan sosial ekonomi daerah juga perlu diperhatikan.Iklim, terutama variasi temperatur dan curah hujan, kualitas air serta kondisi lokasi yang tersedia untuk kegiatan budidaya [enting untuk diperhatikan dalam membuat keputusan.
2.      Lokasi Budidaya
Perkiraan kasar tentang lokasi yang tersedia untuk budidaya diperlukan untuk menentukan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan. Dalam hal ini, survei pemilihan lokasi perlu dilakukan sebelum menentukan tempat yang akan digunakan untuk pengembangan budidaya. Informasi tentang sumber air dan biaya untuk instalasi pengaliran air ( jika diperlukan ) sangat perlu diperhatikan.
Jika kegiatan budidaya perairan tergantung pada pemupukan atau pakan alami, maka diperlukan data tentang ketersediaan pupuk organik dan anorganik serta harganya. Selain itu, jika pemberian pakan buatan dalam budidaya akan diterapkan, maka diperlukan data tentang pabrik pakan buatan dalam negeri serta ketersediaan bahan bakunya.
3.      Estimasi Kebutuhan untuk Pasar Lokal dan Ekspor
Pada prinsipnya, data awal yang diperlukan untuk perkembangan budidaya perairan tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Namun demikian ada beberapa data dasar yang secara umum diperlukan untuk membuat keputusan. Estimasi total kebutuhan konsumsi domestik atau kebutuhan eksport produk perikanan merupakan data awal untuk perencanaan  kegiatan budidaya. Data produk perikanan ini merupakan data produksi realistis yang baik yang berasal dari hasil penangkapan maupun dari budidaya.
4.      Kesukaan Konsumen
5.      Kegiatan budidaya merupakan tantangan untuk menerapkan konsep modern tentang market oriented product. Oleh karena itu, sebelum kegiatan budidaya dimulai diperlukan data tentang kesukaan ( demand ) konsumen baik di pasar local maupun internasional.
Budidaya ikan lokal yang digemari masyarakat setempat perlu diutamakan jika tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan produksi makanan serta meningkatkan gizi masyarakat di daerah tersebut.Oleh karena itu, informasi tentang biologi umum ikan lokal yang akan dibudidayakan merupakan data awal yang di perlukan dalam perencanaan.
Pemilihan lokasi pada kegiatan budidaya perairan skala industri memegang peranan yang sangat penting, karena kegagalan kegiatan budidaya seringkali disebabkan oleh lokasi tidak tepat peruntukannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi, antara lain:
·         Pasok dan kualitas air
·         Topografi dan tipe tanah
·         Kriteria lingkungan
·         Fasilitas penunjang ( infrastruktur ), legal aspek dan keamanan.
1.      Sumber Air
Air  yang digunakan untuk pengairan ada empat, yaitu : air hujan ( precipitation), air embun ( dew ), air permukaan ( surface water ), dan air tanah ( ground water ). Dari keempat jenis air tersebut, hanya air permukaan yang lazim untuk budidaya. Air permukaan selain kaya akan unsur hara, debitnya juga tetap, seperti air sungai, air waduk, dan air danau. Air sungai walaupun banyak mengandung unsur hara karena perjalanannya cukup panjang, tetapi air sungai juga banyak mengandung waled ( endapan ). Waled sangat potensial mendangkalkan kolam. Oleh karena itu, sebelum air sungai di gunakan, lebih dahulu difilter, dengan cara mengalirkan air tersebut kedalam bak pengendapan dan setelah beberapa hari di bak pengendapan baru air dialirkan ke dalam kolam atau bak pemeliharaan.
2.      Kuantitas Air
Sumber air yang jelas dan memadai berarti memperjelas kuantitas (jumlah) air. Sumber air dan kuantitas air dijadikan ukuran untuk  memilih wadah yang tepat untuk digunakan.  Air yang dalam seperti di waduk dan danau dapat dilakukan pemeliharaan suatu kultivan dengan menggunakan wadah sangkar atau keramba.Sedangkan perairan yang dangkal seperti pada saluran irigasi dan sungai dangkal sangat cocok untuk pemeliharaan ikan sisrem keramba.Pada bagian sungai yang dekat muara yang biasanya agak dalam cocok untuk penerapan system sangkar.
Sedangkan untuk kolam, sumber air yang cocok adalah sungai atau saluran pengairan lainnya.Idealnya, untuk membangun kolam, air harus tersedia sepanjang tahun. Sedapat mungkin air ini juga mudah di alirkan ke kolam tanpa memerlukan alat bantu, karena bila menggunakan alat bantu seperti pompa, tentu akan menambah biaya operasional maupun pemeliharaan.
3.      Kualitas Air
Selain sumber dan kuantitas (jumlah) harus memadai, air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan juga harus memenuhi kebutuhan optimal ikan.Dengan kata lain, air yang digunakan kualitasnya harus baik. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan parameter dalam menilai kualitas suatu perairan, sebagai berikut:
·         Oksigen 4-6 ppm. Pada kandungan oksigen 2 ppm lele keli masih dapat bertahan, tetapi beberapa penyakit mudah berkembang.
·         Kandungan karbondioksida terlarut maksimal 25 ppm
·         pH air antara 6,7 – 8,6
·         Daya Menggabung Asam (DMA) antara 2 – 4,5
·         Kandungan ammonia kurang dari 0,1 ppm
·         Kandungan asam belerang (H2S)  kurang dari 0,1 ppm
·         Kesadahan 3-8 Dgh
·         Suhu air antara 25 – 30o  C
·         Kecerahan lebih dari 40 cm
·         Ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut.
·         Muatan suspensi 20-400 ppm
·         Tidak tercemar limbah non-organik.

D.    Teknikn Budidaya ikan lele
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan budidaya ikan lele adalah sebagai berikut:
1.      Pelepasan Bibit
Bibit yang dipelihara dalam Pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stres, dan cidera, sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati-hati.Yang penting untuk diperhatikan adalah kepadatan bibit, yaitu antara 500-750 ekor/m2.Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6m2) dapat diisi 3000-4500 bibit lele.
2.      Pengaturan Air
Kualitas air yang digunakan untuk memelihara ikan pada masa Pendederan I sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih.Penggunaan air mengalir dengan sistem pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsung diganti dengan air yang bersih.Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara manual 2-3 hari sekali, atau sesuai kebutuhan.
3.      Pemberian Pakan
Bibit berukuran 1-3 cm tentu saja belum dapat makan pelet butiran.Pakan yang diberikan kepada bibit lele ini harus mengandung cukup banyak protein untuk mendukung pertumbuhannya.Selama minggu pertama, bibit hanya diberi pakan alami berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (Tubifex sp.). Baru pada minggu kedua bibit lele  mulai diberi pellet 581. Pellet ini berbentuk seperti tepung.
4.      Pengendalian Hama dan Penyakit
Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudi daya lele juga harus mencegah masuknya hama dan panyakit. Hama yang sering memakan bibit lele antara lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut berhasil masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan akan ada banyak bibit yang hilang.
5.      Seleksi Bibit
Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan II, atau  bahkan dapat langsung dijual. Bibit lele yang didapat dari seleksi pertama disebut Bibir Saringan I. Bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki keceptatan pertumbuhan yang baik.
6.      Persiapan Induk
Teknik pemijahan intensif sebaiknya dilakukan terhadap induk betina yang telah memiliki kedewasaan optimal (umur sudah lebih dari 18 bulan) dan memiliki ukuran yang cukup besar. Denganteknik pemijahan ini, ikan tidak akan menjalani pembuahan alami, tetapi pemijahan akan dilakukan secara buatan. Induk betina yang akan dipijahkan setidaknya pernah dipijahkan selama 2 bulan terakhir. Sementara untuk induk jantan, persyaratannya tidak berbeda dengan persyaratan induk untuk pemijahan alami.
7.      Persiapan Kolam Penetasan
Pada teknik pemijahan intensif, telur dapat ditempatkan pada kolam penetasan seperti  pada teknik konvensional dan semi-intesif. Bedanya, tidak diperlukan kakaban atau ijuk. Ukuran kolam penetasan juga sama, yaitu sekitar 2 x 3 m, 2 x 4 m, atau 3 x 3 m. Ketinggian kolam sekitar 60 cm, diisi air setinggi 30-40 cm.
8.      Penyuntikan Induk dengan Hipofisa/HCG
Induk yang sudah memenuhi syarat segera disuntikan dengan kelenjar hipofisa atau HCG (ovaprim). Metode penyuntikannya sama dengan metode pemijahan konvensional. Induk yang disuntik tidak perlu yang benar-benar telah siap memijah, karena dengan menyuntikanya menggunakan hipofisa maupun ovaprim, hal kematangan gonad akan terjadi dengan cepat sehingga induk segera siap memijah. Setelah disuntik, induk kembali dilepaskan ke kolam induk.
9.      Stripping dan Pembuahan Telur
Proses strpping pada induk betina dapat dilakukan beberapa jam setelah penyuntikan. Selang waktu antara penyuntikan dan stripping sangat tergantung suhu air, jika suhu air cukup hangat (30 °C),stripping dapat dilakukan 7 jam setelah penyuntikan.Sedangkan apabila suhu air cukup dingin (20 °C), selang waktu antara penyuntikan dan stripping sekitar 21 jam. Jika suhu terlalu rendah (<20 °C) atau terlalu tinggi  (>30 °C), penyuntikan hipofisa/ovaprim mungkin akan mengalami kegagalan.
10.  Pemeliharaan Larva
Larva yang baru menetas harus dipelihara di dalam kolam dengan menggunakan air yang bersih dan dengan aerasi yang baik.Hal itu karena larva masih sangat rentan terhadap serangan penyakit.Regulator air sebaiknya dipasang dalam kolam pemeliharaan larva bilamana tidak ada pembaruan air.Ujung selang penyedot regulator air ditutup dengan kain kassa untuk menghindari tersedotnya larva ke dalam regulator.



















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari dari rumusan permasalahan ini adalah sebagai berikut:
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memulai kegiatan budidaya perairan, antara lain :
1.      Spesies dan kondisi lingkungan budidaya
2.      Lokasi budidaya
3.      Estimasi kebutuhan untuk pasar lokal dan ekspor
4.      Kesukaan konsumen
5.      Sumber air
6.      Kuantitas air, dan
7.      Kualitas air
Cara – cara budidaya ikan lele, antara lain :
Ø  Pelepasan bibit
Ø  Pengaturan air
Ø  Pemberian pakan
Ø  Pengendalian hama dan penyakit
Ø  Seleksi bibit
Ø  Persiapan induk
Ø  Persiapan kolam penetasan
Ø  Penyuntikan induk dengan Hipofisa / HCG
Ø  Stripping dan pembuahan telur, dan
Ø  Pemeliharaan larva










Tidak ada komentar:

Posting Komentar