BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki
secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara
berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.
Randai dipimpin oleh satu orang yang biasa disebut tukang goreh,
yang mana selain ikut serta bergerak dalam lingkaran legaran ia juga
memiliki tugas yang sangat penting lainya yaitu mengeluarkan teriakan khas
misalnya hep tah tih untuk
menentuak cepat atau lambatnya tempo gerakan dalam tiap gerakan. Tujuannya agar
Randai yang dimainkan terlihat rempak dan menarik serta indah dimata penonton
Randai tersebut. Biasanya dalam satu group Randai memiliki tukang goreh lebih
dari satu, yang tujuannya untuk mengantisipasi jika tukang goreh utama
kelelahan atau kemungkinan buruk lainnya, karena untuk menuntaskan satu cerita
Randai saja bisa menghabiskan 1 hingga 5 jam bahkan lebih.
Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang
ada di tengah masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan
hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan
randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang
lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika
mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang
keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian
berkelompok atau beregu, di mana dalam Randai ini ada cerita yang dibawakan,
seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan
cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat yang
biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang
didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai
mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti
kelompok Dardanela.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan
bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua
orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam
membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota
lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Unsur Seni Dalam Randai di Minangkabau
Randai
adalah kesenian khas Minangkabau yang dilaksanakan dalam bentuk teater arena
(pertunjukkan arena).
Unsur kesenian yang terdapat dalam randai yaitu :
·
Seni drama
·
Seni suara
·
Seni tari
·
Seni musik
Sumber cerita dalam randai adalah Kaba yang bertemakan Budi,
Malu, Susila, Pendidikan dan menanamkan kesadaran berbangsa. Jadi randai
merupakan seni yang kompleks.
Randai disebut kesenian khas Minangkabau. Pernyataan ini
memang tepat oleh karena hanya di Minangkabau saja yang memiliki kesenian ini,
di daerah lain tidak ada dan tidak dikenal kesenian randai. Jadi, randai
disebut kesenian khas Minangkabau, karena hanya Minangkabau yang memilikinya.
B.
Unsur-Unsur
Randai
Didalam pertunjukkan randai terdapat beberapa unsur :
1.
Unsur tari, yang berfungsi sebagai pelengkap
nyanyian yang didendangkan gerak-geriknya selaras dengan alunan bunyi dan gerak
tarinya diambil dari gerakan silat
2.
Unsur dendang, dinyanyikan dalam beberapa adegan
untuk menyambung cerita yang terpotong. Dendang berfungsi sebagai pengatur
cerita dan untuk menyambung cerita yang terpotong (terdiri dari lima legaran.
Sesudah lima legaran, dendang masuk kegiatan yaitu :
1)
Untuk persembahan.
2)
Mengatur adegan
3)
Penyampaian cerita
4)
Pembentuk cerita
5)
Penutup cerita
3.
Unsur seni suara, dibawakan dalam setiap adegan
dalam randai, dimainkan dengan beberapa orang lakon yaitu 12 s/d 20 orang.
4.
Unsur sastral : berupa cerita yang dibawakan
dalam randai, bersumber dari kaba atau cerita rakyat Minangkabau, disampaikan
dalam bahasa Minangkabau.
5.
Unsur kerawitan: yang melengkapi permainan
randai, alat musik yang sering digunakan adalah :
a.
Saluang
b.
Talempong
c.
Pupuik batang padi
C.
Ciri-Ciri
Randai
Kesenian randai merupakan kesenian rakyat Minangkabau.
Kesenian ini bentuknya merupakan teater tradisional dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
1.
Cerita yang dimainkan dalam randai adalah cerita
yang populer dan dikenal dalam masyarakat, terutama yang bersumber dari kaba
(diceritakan oleh publik yang didendangkan oleh tukang kaba).
2.
Pertunjukkan dilakukan bukan hanya dengan
percakapan (dialog) tetapi juga dengan nyanyian (dendang) dan tari.
3.
Nilai dramatik dilakukan spontan dan dapat
menjadi satu dalam adegan yang sama antara sedih dan gembira, antara menangis
dan tertawa.
4.
Selalu ada adegan atau “moment” yang melahirkan
suasana komik.
5.
Menggunakan musik kerawitan sebagai musik
pelengkap atau pengiring.
6.
Penonton menjadi satu dan intim dengan pemain.
7.
Pementasan dilakukan di tempat terbuka atau
arena.
8.
Lamanya pertunjukkan tidak terbatas tergantung
keinginan penyelenggara. Dengn kata lain randai dapat dianggap sebagai seni
pertunjukkan di Minangkabau dengan menampilkan cerita yang umumnya bersumber
dari Kaba.
D.
Gerak
Tari Dalam Randai
Gerakan tari dalam randai umumnya berupa gerakan dasar
pencak silat.
Sebelum pertunjukkan dimulai biasanya dibunyikan peralatan
musik. Gunanya adalah untuk memanggil orang atau tanda bahwa pertunjukkan akan
dimulai.
Seorang berdiri di arena, berarti randai telah dimulai.
Orang ini disebut Janang.
Janang berfungsi sebagai pembantu tarian dalam randai.
Apabila janang mengucapkan kata “Hepta”, maka semua pemain masuk ke tengah
gelanggang permainan.
Pemain membalas empat kali dengan kata “Hepta” dan setelah
itu pemain maju ke depan dan balik kebelakang dengan gerakan gelombang. Setelah
itu pemain maju ke depan dan balik ke belakang dengan berformasi lingkaran
sambil melakukan gerakan pencak dengan langkah maju mundur ke dalam memperkecil
lingkaran dan keluar memperbesar lingkaran serta di ulang sebanyak empat kali.
Ini merupakan penerapan langkah sambilan, yaitu merupakan bunga dari pada
gerakan silat.
E.
Alur
Cerita Dalam Randai
Pada mulanya alur cerita dalam randai dilakukan lewat
nyanyian, sajak, setelah selesai menyanyikan sebuah adegan cerita lalu mereka
duduk jengkang dalam lingkaran, lalu terdengar suara gurindam bersahut-sahutan.
Gurindam dalam randai adalah merupakan persembahan sebagai salam dan bahwa
randai di mulai.
Pemain berdiri dalam posisi pitanggo serong (sikap pasang
kuda-kuda). Setelah lingkaran terbentuk, maka adegan randai siap dimainkan. Para pemain
menari di sekeliling lingkaran sambil bernyanyi dan bertepuk ke tengah
lingkaran serta memukul pisak kaki celana dengan kuat.
F.
Dialog
Dalam Randai
Dialog dalam randai dilakukan dalam bahasa Minangkabau,
biasanya memakai prosa, liris dalam bentuk pantun yang kadang-kadang mengandung
kiasan, misalnya dialog antara anak dengan ibunya.
Kehidupan budaya masyarakat Minangkabau, dapat tercermin
dari pertunjukkan randai, baik dialog yang diucapkan yang penuh dengan pantun
dan syair serta prosa liris yang berupa untaian bait yang masing-masing bait
umumnya terdiri dari empat baris, dua baris berisi sampiran, sedangkan dua
lainnya berisi maksud yang sebenarnya. Dalam pertunjukkan randai hal itu
meskipun tidak terlalu ketat namun masih terasa bahwa mereka menyadari perlunya
bait-bait tersebut untuk menjaga irama-irama pertunjukkan agar sesuai dengan
gurindam dan dendang yang ada.
Karena sifatnya yang liris, yang teringat dengan jumlah suku
kata dan adanya sajak, syair, pantun, maka kaba selalu didendangkan. Didalam
randai bagian-bagian cerita yang didendangkan inilah yang disebut gurindam.
Gurindam dan tari yang bersumber dari gerak silat inilah yang menjadi ciri khas
randai sebagai Teater Tradisi Minang.
Cerita yang dimainkan umumnya dari kaba yang ada, yang
merupakan bentuk sastra lisan di Minangkabau yang terkenal. Kaba-kaba yang
populer umumnya cerita yang dihidangkan sudah dikenal oleh masyarakatnya,
bahkan grup randai sering memakai nama cerita, misalnya Grup Randai Magek
Manadin, Grup Randai Anggun nan Tongga, Grup Randai Rambun Pamenan, dan Grup
Randai Gadih Rantin. Padahal semua itu adalah cerita-cerita yang populer dan
digemari oleh rakyat Minang. Cerita Rakyat, dongeng, legenda, dan lain
sebagainya.
G.
Sejarah dan Perkembangan Randai Pada Masa
Sekarang
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang
lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan
Padang Panjang ketika masyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar
dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau alah suatu kesenian yang
dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana
dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti Cindua Mato, Malin Deman,
Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur
masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul
Fitri.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas
menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang,
tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam
membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota
lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Sekarang randai ini merupakan sesuatu yang asing bagi
pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi atau
kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di Pasisir dan daerah Darek
(daratan).
Pada awalnya randai adalah media untuk menyampaikan kaba
atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang
(tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam
perkembangannya randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam
sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela. Jadi, randai awalnya adalah
media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika randai
disebut sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya
randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Randai
adalah kesenian khas Minangkabau yang dilaksanakan dalam bentuk teater arena
(pertunjukkan arena).
2. Unsur
kesenian yang terdapat dalam randai yaitu :
·
Seni drama
·
Seni suara
·
Seni tari
·
Seni musik
3. Ciri-ciri
Randai
·
Cerita yang dimainkan dalam randai adalah cerita
yang populer dan dikenal dalam masyarakat, terutama yang bersumber dari kaba
(diceritakan oleh publik yang didendangkan oleh tukang kaba).
·
Pertunjukkan dilakukan bukan hanya dengan
percakapan (dialog) tetapi juga dengan nyanyian (dendang) dan tari.
·
Nilai dramatik dilakukan spontan dan dapat
menjadi satu dalam adegan yang sama antara sedih dan gembira, antara menangis
dan tertawa.
·
Selalu ada adegan atau “moment” yang melahirkan
suasana komik.
·
Menggunakan musik kerawitan sebagai musik
pelengkap atau pengiring.
·
Penonton menjadi satu dan intim dengan pemain.
·
Pementasan dilakukan di tempat terbuka atau
arena.
·
Lamanya pertunjukkan tidak terbatas tergantung
keinginan penyelenggara. Dengn kata lain randai dapat dianggap sebagai seni
pertunjukkan di Minangkabau dengan menampilkan cerita yang umumnya bersumber
dari Kaba.
B.
SARAN
Dengan
adanya makalah ini kelompok harapkan akan menambah wawasan kita kita tentang
teater tradisiional rambai yang ada di Minang Kabau Sumatra Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar